Senin, 02 Feb. 15.
Gak nyangka
ditipu sama siakang. Katanya sekarang di sidoarjo, eh ternyata masih di kediri
aja tuh. Sebernya nggak percaya sih. Kata si mantannya, “mau kemana lagi kalau
nggak dirumah?”. Saat gue tanya pulang apa enggak kepadanya, lalu gue numpang
tanya, siakang pulang apa enggak?. Gue pikir dia nggak tahu, sempet gue
menyangkal. “tanyakan pada anakmu coba,” kataku. “Kemarin aku telpon rumah,
ada.” Jawabnya. Hmm, apa iya.
Ya seperti
biasa gue hanya bisa berfikir positif saja. Tapi lama kelamaan gue jadi kebawa
suasana juga ya. Ya nggak memungkiri
dong kalau terbang dipikiran gue. Apa iya gue dibohongin? Enggak deh kayaknya.
Tapi kok ada yang ganjil.
Siangnya,
tepat jam pulang sekolah, jam istirahat dirumah buat anaknya, gue tanyain
masalah ini. Ini pakar yang pasti ngerti semuanya yang berhubungan dengan
rumah,bapak dan keluarga disekitar rumahnya. Anak ini satu-satunya juru kunci.
Gue takut, nanti malah nggak di angkat lagi telpon gue, soalnya beberapa kali
sms nggak pernah dibales, apa dilarang sama bapaknya ya. Pikirku. Alah, dicoba
aja dulu. Gue telpon dan dianggat telpon
gue. Suaranya kas terdengar dari sebrang sana. Duh senengnya.
“hallo”
“ hallo, ada
apa?”
“lagi apa
sekarang dek?”
“aku
dirumahnya bunda, sama adek”
“adiknya mbak
sasa cewek apa cowok dek?”
“cowok.”
“namanya siapa
dek?”
“zaki”
“bapak nggak
pulang dek?”
“nggak, nanti
malam”
Wah kok nanti
malam, mungkin sibapak memberi kabar terlebih dahulu kalau hari ini, tepatnya
malam ini akan pulang.
“berangkatnya
jam setengah sembilan pulangnya jam sembilan malam” lanjutnya lagi. Ini,
berarti benar adanya.anak kecil yang lucu itu selalu jujur apa adanya.
Duh, ternyata siakang benar berbohong.
“bapak nggak
kerja di jauh sana dek?”
“nggak kok”
“dikediri aja
berarti?”
“iya.”
Glek,
benar-benar berita yang sangat mengejutkan, empat bulan gue dibohongin. Gue
nggak nyangka brow. Dibohongin sama orang yang gue cintai gini ya rasanya. Lalu
apa yang mendasari kebohongan ini? Mungkin gue pernah membohonginya. Ya itu
pernah, tapi dia akhirnya dia tahu dan tidak ada masalah. Menurut gue.atau gue
berbohong pada orang lain. Mungkin, sayangnya gue nggak sadar. Dan intinya gue
kena balasan. Mungkin begitu.
Gue inget pas
gue tanya, ‘dari sidoarjo jam berapa? Sampai sini jam berapa?’ gue inget betul
gue tanya dengan lugu. Karena gue percaya. Gue nggak sadar kalau kala itu hanya akting saja. Gue nggak ngalihat
bagaimana raut wajahnya saat mengatakan itu. Gue juga sempet nangis-nangis,
karena gue nggak pernah dapat kabar darinya. Gue merasa gue itu nggak ada
gunanya. Kalaupun ada sesuatu, cerita dong sama gue. Tapi tidak pernah. Tapi
gue masih berfikir, bahwa cara orang membawa masalahnya berbeda-beda, atau dia
nggak akan melibatkan orang yang dia cintai. Entah, siapa tahu isi hati
seseorang. Dia punya maksud dan tujuan yang gue nggak tahu persis. Gue juga
nggak tahu bagaimana isi hati nuraninya setelah dia berbohong dan gue menagis
namun nggak mengerti kalau dibohongi.
Gue sedih,
kenapa begini kisah cinta dan perjalanan hidup gue. Gaes, dibohongin sama yang
gue cintai, rasanya kayak dia selingkuh dibelakang gue. Gue menyadari semua ini
salah gue. Gue nggak bisa menahan diri gue sendiri. Uforia yang sangat membuat
lupa bahwa akan datang hujan. Langit terlihat sangat mendung.
Gue kecewa,
kenapa nggak harus bohong sama gue. Coba deh katakan apa salah gue yang membuat
kamu harus melakukan ini? Gue nggak pernah tahu kalau nggak ada yang ngomong ke
gue. Ah cinta membuat semuanya menjadi indah dan baik.
Gue cemburu,
kenapa nggak gue jadi satu-satunya wanita dihatimu. Semuanya menginginkan
seperti itu. Nggak mau dimadu, nggak mau diduain, nggak mau disama-samain dan
nggak juga dibanding-bandingin. Kenapa? Sudah dari dulu gue cemburu karena ini,
ya gue maklumin. Karena itu memang benar-benar berarti dihidupmu. Tapi ayolah,
coba move on. Ada yang lain yang hadir dihatimu. Kenapa harus bersedih lagi
mikirin yang lama. Ya,kamu cukup punya alasan untuk itu.ah, bagaimana gue
mengatakannya. Wong dia juga meninggalkanmu. Ah susah merubah watak seseorang.
Hari ini
benar-benar amazing. Gue nggak nyangka. Sudah terlanjur, mau gimana lagi.
Setelah gue kehilangan seseorang yang menanamkan cintanya padaku aku telah
berubah wujud jadi manusia yang sedikit
kuat, meski harus dikuatkan dengan menangis. Ya, gue akui itu, tapi ini bener, gue
jadi orang yang berlapang dada menerima segala duka derita tentu dengan
berlinang air mata. Gue jadi orang yang cukup sabar dengan senyuman. Gue selalu
berusaha menalarnya dengan perbuatan gue
yang pernah gue lakuin pada orang lain. Gue adalah wanita tegar dengan air
mata. Kali ini gue nggak ingin bertanya
tentang hal ini, biarlah nanti jika kita bertemu gue akan menanyakannya. Gue
masih bersikap wajar. Gue berharap dia merasakan sesuatu. Mungkin merasa
bersalah.
Tuhan
menganugrahkan sifat keren ini. Gue kuat meski dengan air mata.karena gue
percaya ada balasan untuk setiap perbuatan. Untuk gue atau yang lainnya.
Selanjutnya, gue merasa malu untuk menceritakan hal pada orang lain. Gue
memujanya, tapi malah begitu. Gue membelanya, tapi ya gitu. Iyakan malu gue. Ya
inilah konsekuensinya. Gue yang memilih, gue
juga harus menerima segala konsekuensinya.
Terimakasih
sayang buat ceritanya. Gue masih mencintaimu. Karena gue pernah merasa sakit
ketika gue sangat kehilangan maka gue belajar untuk tidak membuatnya
(cintaku-ya kamu) sakit.